Saturday, December 21, 2019

Xinjiang Bagian dari China.



Kalau anda lihat bendera China, ada lima bintang yang melambangkan suku yang ada di China, yaitu Han, Man (Manchu), Meng (Mongol), Hui (Muslim), Tsang (Tibet). Kelima suku di China itu yang pernah berkuasa adalah Han, Manchu, Mongol. Jadi berdirinya China itu sama seperti Indonesia yang terdiri dari beberapa suku besar. Sebagaimana Indonesia, suku suku yang kini ada di China itu   bukan datang karena aneksasi. Tetapi memang karena faktor sejarah yang panjang diantara mereka, yang sehingga ketika ada pilihan mendirikan negara dalam politik kebangsaan, kelima suku itu bersatu di bawah bendera China. Hanya saja diluar dari  lima suku itu yang tidak seratus persen berbulat hati bergabung ke China adalah suku Uighur. 

Padahal ketika Xinjiang bergabung di bawah Partai Komunis China, Mao berkata “ “Kami mengakui kaum Muslim, sebagai sebuah bangsa.  Kami tidak pernah menyetujui kebijakan Guomindang untuk menindas Muslim Cina dan karena itu kami percaya bahwa kami harus memberi mereka otonomi di bawah UU nasional Tiongkok. “ Itu sebabnya Xinjiang sebagai tempat tinggal suku Uighur ditetapkan sebagai daerah otonom. Dengan demikian maka masalah agama dan budaya, pemerintah komunis China tidak ikut campur. Lantas mengapa selalu ada masalah antara suku Uighur dengan Pemerintah Pusat China? 

Pertama, ditilik dari sejarahnya bukanlah hal baru di Xinjiang. Xinjiang sudah menjadi wilayah China sejak  Dinasti Han (206 SM - 220 M) hingga Dinasti Qing (1644-1911). Sejak Dinasti Han, Qing, etnik Uyghur di Xinjiang berulangkali memberontak pada penguasa, berdamai, dan kemudian memberontak lagi setiap kali ada kesempatan. Kedua, Di Xinjiang ada  13 suku asli, yakni: Uighur, Han, Kazakh, Hui, Uzbek, Kirgiz, Mongol, Tajik, Xibe, Manchu, Rusia, Daur, dan Tartar. Jadi bukan hanya Uighur. Di kawasan ini pun hidup agama-agama lainnya, seperti Kristen, Buddha, dan Kong Hu Chu. Yang paling awal adalah Buddha, baru kemudian agama lain, termasuk islam. Suku Uighur tidak bisa menerima keberagaman itu. Sementara suku lain bisa menerima perbedaan itu.

Ketiga, Adanya ide Pan-Turkisme, dan Nasionalisme Uighur sendiri. Bagi Turki, seperti dikatakan Erdogan, Xinjiang dan Uighur adalah bagian penting dari impian untuk membangkitkan khilafah Ottoman. Jauh saat pidatonya pada 1995, Erdogan menyatakan Turkistan Timur bukan hanya merupakan rumah bagi etnis Turkic, melainkan juga tempat kelahiran sejarah, peradaban dan budaya Turki. Ia juga menandaskan, “Para martir Turkistan Timur adalah martir kita juga.”. 
Sejak tahun 1998 sampai tahun 2013,  terjadi ratusan kali serangan teror di China yang mengatasnamakan Turkistan Islamic Party (TIP). Turkistan Islamic Party (TIP) merupakan salah satu organisasi teror yang tumbuh subur di kalangan Uyghur Xinjiang. TIP memiliki hubungan erat dengan Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) dan Talibani Pakistan, dengan ideologi yang sama persis dengan al-Qaeda. Bahkan, salah satu pimpinan TIP, ditahbiskan menjadi anggota dewan syura al-Qaeda. Semua tahu bahwa Al Qaeda diciptakan oleh AS. Di Perang Syria, TIP juga menjadi penyedia utama petempur Uighur, dengan mengirimkan Brigade Turkistan, yang sempat masyhur dalam operasi Jisr al-Shughur, ibukota Idlib – dimana mereka mengepung rumah-sakit yang dijaga oleh tentara Syria selama 27 hari, lalu mengeksekusi mereka yang menyerah karena kehabisan logistik. Di Indonesia, di Poso juga TIP mengirim petempurnya

Keempat, sumber daya alam Xinjiang itu sangat besar sekali. Sejak tahun 1980, China melakukan pembangunan infrastruktur transportasi dan pipa gas barat - Timur sejak ditemukan minyak di Cekungan Tarim atau Gurun Taklamakan. Merupakan ladang minyak terbesar keenam di dunia. Baru baru ini, PetroChina, produsen minyak dan gas terbesar di Cina, mengumumkan bahwa mereka menemukan ladang gas besar dengan perkiraan cadangan 115,3 miliar meter kubik gas Alam dan 21,66 juta ton kondensat gas di Cekungan Tarim. Sejak tahun 1987  CIA dalam laporannya menyebutkan bahwa ada 54 mineral langka di wilayah Xinjiang, termasuk tanah jarang yang sanga dibutuhkan untuk industri microchip.

Kelima. Xinjiang berbatasan dengan negara-negara di titik utama Eurasia, Xinjiang menjadi jalur penghubung utama komoditi China ke Asia Selatan. Jalur minyak dan gas yang berasal dari Laut Kaspia juga melewatinya sebelum lepas di Asia-Pasifik. Xinjiang juga menjadi titik seberang proyek fiber optik ambisius yang membentang dari Shanghai, hingga Frankfurt. Dan tentu saja, Xinjiang, merupakan titik vital One Belt One Road (OBOR). Jalur ekonomi baru yang diprediksi akan mempercepat keruntuhan hegemoni Amerika Serikat. 

Nah dengan alasan kelima hal tersebut diatas, bagi China keberadaan  Xinjiang menanggung beban berat geopolitik dan geostrategis dalam berhadapan dengan negara pesaingnya, apalagi sikap kemaruk AS bersama sekutu nya. Dan issue soal Uighur yang muslim jadi senjata untuk mendapatkan dukungan international merusak reputasi China agar masalah suku Uighur bisa dibawa ke PBB dan akhirnya punya hak menentukan nasipnya sendiri sebagai bangsa merdeka. Padahal itu hanya menyangkut minoritas yang selalu baper. Namun AS memang doyan menebar rasa takut dan kawatir kepada kelompok baper. Xinjiang bagian dari China dan tidak pernah akan berubah. Sama halnya dengan Papua, akan selalu bagian dari Indonesia. 

Jadi ini sebetulnya sama dengan Suriah, Yaman, Libia. Emosi Agama hanya jadi tunggangan politik. Tujuannya adalah Minyak dan Gas, termasuk sumber daya mineral langka. Tapi China terlalu besar dan kuat untuk di hadapi AS berserta sekutunya. Apalagi Turki dan Arab sudah menyatakan berada di belakang China. Hanya kadrun yang tetap bersama  AS. Bigot!

***
Pemerintah Indonesia sudah bersikap menyerahkan masalah Uighur di China itu dalam kuridor politik bebas aktif dan proporsional. Indonesia tidak memihak blok AS dan juga China. Indonesia menghormati hak China di Xinjiang khususnya mempertahankan kedaulatan China di Xinjiang. Itu sudah final. Mengenai soal HAM kebebasan melaksanakan keagamaan, Indonesia sebagai anggota HAM internasional sudah menyampaikan hak bertanya kepada China. China sudah menjawab secara utuh dan memberikan hak lembaga peninjau dari manapun untuk melakukan kunjungan ke Xinjiang. Dan Indonesia bulan Januari sudah mengirim tim dari NU, Muhammadiyah, MUI berkunjung ke Xinjiang.

Tapi mengapa baru sekarang ributnya? Padahal masalah camp deradikalisasi untuk etnis Uighur ini sudah ada sejak tahun 2016. Selama itu aman aman saja. Bahkan kehidupan xinjiang khusus nya etnis Uighur sudah damai. Mereka mendapatkan fasilitas pendidikan dan pelatihan yang jauh lebih baik dibandingkan etnis china lainnya. Tidak ada lagi yang ngangur. Sejak tiga tahun belakangan ini tidak ada lagi aksi teror. Lantas mengapa sekarang di Indonesia ribut ? Bahkan anggota komisi I DPR minta pemerintah bersikap keras terhadap China. Kelompok FPI, HTI, PKS  27 desember  akan menggelar demo akbar di depan kedutaan China dalam rangka solidaritas terhadap muslim eighur. Mengapa ?

Pertama, pada bulan November 2019 di Bangkok dalam pertemuan Indo Pacifik, Indonesia menolak proposal Indo Pacifik yang diusulkan AS. Dan dampaknya semua negara ASEAN mengikuti Indonesia. Maka rencana hegemoni AS di kawasan Indo pacific semakin tidak lagi significant. Sementara dalam hal papua Barat, China jadi palang pintu Indonesia terhadap negara pacific yang mendukung papua merdeka. Bukan hanya mendukung sikap Indonesia terhadap Papua, china selalu men shadow angkatan perang AS dan Australia yang mendekati perairan Papua. China juga membangun pabrik semen di Papua.

Kedua, bulan April 2019, Indonesia menanda tangani proyek OBOR bersama China dalam rangka mengembangkan jalur pelayaran Selat Sunda, selat Lombok, dengan memperluas pembangunan pelabuhan check Point di Sabang, Lampung, Lombok, Kalimantan, Sulawesi Utara. Dengan demikian China punya jalur alternatif pelayaran disamping selat Malaka. Kalau terjadi konplik Laut China selatan antara China dan AS, China tetap bisa mengamankan jalur logistik. Bagi Indonesia ini cara terbaik untuk menciptakan pemerataan ekonomi di luar Jawa. Dengan terbukanya pelabuhan di Sumatera, Lombok, kalimantan, Sulawesi maka akan mempercepat pembangunan wilayah luar Jawa.

Dengan alasan dua hal tersebut diatas maka bagi AS, rezim Jokowi harus dihabisi. Karena rezim sebelumnya selalu jadi golden Boy AS dan Barat. Makanya upaya perang proxy digelar dan uang pun ditebar. PKS sudah jelas terang terangan bersama AS menentang china, juga akar rumput PKS bersama jaringan FPI, IM dan HTI bersatu menjadikan issue Muslim Uighur ini untuk manarik simpati umat Islam guna menekan pemerintah agar berjarak dengan Beijing. Sikap pak Mahfud yang keliatan ragu terhadap issue muslim Uighur, itu satu sinyal bahwa tekanan politik itu tidak sederhana.

Sikap Indonesia terhadap China adalah rasional. Ini masalah ekonomi nasional yang butuh investasi dan dana. Tahun depan Indonesia terancam masuk krisis kalau tidak ada ekspansi dan investasi. Apalagi dengan target pajak tidak tercapai tahun ini. Indonesia butuh China yang mau menawarkan skema hutang yang tidak mengikat politik. Indonesia sedang menghadapi embargo sawit dan nikel serta tekanan WTO dari Eropa dan AS. Kalau Indonesia tidak bersama China, lantas Downstream sawit dan nikel mau dijual kemana? Mau dimakan sendiri ? Kan engga mungkin. Setidaknya mereka yang menentang kemitraan Indonesia dengan China, harus bersabar sampai lima tahun kedepan, sampai berakir kekuasaan Jokowi. Apalagi Indonesia akan menjalin aliansi pertahanan dengan China. Moga selama itu engga ada yang gila.

1 comment:

Bang Ancis said...

Thanks.. ternyata ada blognya. Selama ini hanya tau tulisannya yang di FB. Terima kasih selalu mencerahkan..

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...