Thursday, March 11, 2010

Masa depan kita

Keadaan hari kini , kita dihadapankan oleh masa depan yang buruk. . Pada tahun 2020, diperkirakan populasi dunia akan mencapai 8 miliar dan enam setengah miliar dari itu akan tinggal di negara berkembang. Mayoritas dari mereka akan terpinggirkan dan berjejal didaerah perkumuhan di 20 kota terbesar didunia yang memiliki populasi lebih dari 10 juta. Kota kota ini akan diisi oleh pengangguran, kejahatan , kenakalan, penyakit seperti Karachi, lagos, New Delhi, Dhaka, Nairobi, Jakarta dan lain lain. Ini benar benar mengerikan apalagi angka kemiskinan di Indonesia terus meningkat walau angka statistik menyimpulkan berbeda. Tapi kenyataannya sistem telah membawa kita kepada suatu masa depan yang mengertikan.

Lima dari negara didunia ini menguasi hampir 60% GNP dunia. Sementara pendapatan individu mereka meningkat 20% setiap tahunnya, yang diikuti oleh jatuhnya pendapatan negara miskin sebesar 50%. Tahukah anda, pendapatan gabungan dari 300 Individu didunia ini sama dengan pendapatan 2,7 miliar orang yang mewakili 45 % populasi dunia. Dalam satu laporan riset ekonomi menyebutkan bahwa 20 tahun yang lalu CEO bergaji rata-rata 40 kali lebih banyak daripada pekerja pabrik. Tahun lalu 400 kali lebih banyak dan sekarang naik ke kelipatan 500. Inilah satu pakta bahwa dunia menuju kepada penjajahan secara sistematis. Hanya diperuntukan bagi orang yang punya akses kepada modal dan kekuasaan untuk menindas yang lemah.

Pada tahun 2000 negara berkembang membayar hutang kepada kreditor lebih dari $ 100 miliar dolar. Dari tahun 1992 hingga 2000, pembayaran utang negara miskin naik 14-19% dari total pendapatannya. Sampai sekarang diperkirakan telah mencapai 30% dari pendapatannya digunakan untuk membayar hutang. Data menunjukan bahwa Tingkat hutang Nasional ( Nasional Debt ) terhadap PDB ( produksi domestik bruto /GDP) ) Amerika serikat , 90,8 % atau dari 100% PDB nya , 90,8 % adalah hutang. Begitu pula jepang National Debt nya 192% dari PDB. Singapore , National debt nya 160,10 % dari PDB nya. Malaysia , National Debt nya 47,8 % dari PDBnya. Thailand 49.40 % dari PDB nya. Tapi negara negara tersebut mengontrol suku bunga obligasi selalu lebih rendah dari Pertumbuhan ekonominya.Mereka menikmati hutang dan mengendalikan hutang untuk memacu kemakmuran. Sementara Indonesia hanya 29,80 % hutang national terhadap PDB tapi suku bunga obligasi diatas pertumbuhan ekonomi.

Keadaan tersebut sudah sampai pada situasi ”jebakan ( trap) hutang yang parah dan akan berujung pada krisis hutang, di mana yield obligasi lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan ekonomi nominal. . Negara tidak bisa hidup dalam perangkap ini lama lama tanpa mengambil langkah-langkah ekonomi radikal. Tanpa pertumbuhan mendadak, pemerintah perlu menjalankan surplus primer untuk keluar dari jebakan. Ini akan semakin bertambah ditahun tahun mendatang dan merupakan ancaman pasti terhadap gagalnya negara mengatasi anggaran sosialnya. Departemen Kuangan melaporkan bahwa puncak pembayaran hutang akan terjadi pada tahun 2012 atau 2014. Pada waktu itu pergantian kekuasan akan terjadi. Akan ada pertarungan keras memperebutkan kekuasaan oleh para elite politik.

Kemanakah langkah akan kita ayun setelah 2014 ?. Apakah kita tetap berkiblat pada sistem yang lama ataukah kita perlu berubah. Perubahan apa sebetulnya yang diperlukan oleh kita sebagai bangsa ? Apakah perubahan sistem atau perubahan budaya atau akhlak ? Menurut saya yang perlu dilakukan perubahan radikal adalah soal Akhlak. Kita harus menerimana kenyataan bahwa semua hal yang buruk dimasa lalu terimalah sebagai pelajaran dari Allah karena kita gagal mengendalikan nafsu. Kedepan kita harus cerdas menggunakan akal dan jiwa untuk mengendalikan nafsu. Dari sinilah budaya kebersamaan digali dan kemandirian dibangun untuk lahirnya komunitas baru , dalam sebuah sistem yang mengutamakan kebersamaan , keharmonian antara yang kaya dengan yang miskin, antara yang pintar dengan yang bodoh, antara yang berkuasa dengan rakyat. Inilah komunitas rahmatan lilalamin.

No comments:

Menyikapi keputusan MK...

  Pasar bersikap bukan soal kemenangan prabowo -gibran. Tetapi bersikap atas proses keputusan yang dibuat oleh MK. Pasar itu jelas cerdas, l...